Adat pernikahan Sunda yang mempererat persaudaraan
Pada pokok bahasan kali ini saya tertarik untuk membahas
adat pernikahan suku sunda, saya merasakan sendiri adat ini, walaupun saya
bukan asli orang sunda dan sama sekali tidak memiliki darah sunda, saya dari
kecil sudah hidup di daerah sunda, dahulu saya memiliki rumah di daerah
cimande, kabupaten bogor, saya menghabiskan masa kecil saya disana, saya selalu
heran mengapa jika ada pernikahan para warga desa semuanya ikut ambil bagian, seolah-olah tidak ada yang tidak terlibat,
saya kurang tahu apakah di kota juga seperti ini atau hanya di daerah pedesaan
saja.
Rasa
penasaran saya pun terjawab seiring umur saya bertambah, pada saat itu saya
membantu pemuda desa saya yang juga teman saya untuk menyiapkan pernikahannya,
tidak ada pembentukan panitia secara resmi, hanya orang-orang yang ingin
membantu dengan sukarela saja, tidak ada paksaan sama sekali untuk membantu,
tetapi walaupun seperti itu banyak sekali yang membantu untuk mempersiapkan
segalanya agar sesuai dengan apa yang di harapkan dan di rencanakan dari awal,
pada satu hari sebelum acara resepsi dan akad saya sangat heran karna semakin
banyak orang yang datang untuk membantu, para wanita dan ibu-ibu yang
sebelumnya kurang terlihat juga akhirnya menampakan dirinya, untuk apa? Tentunya
para wanita dan ibu-ibu di hadirkan untuk memasak, ketika para lelaki menyiapkan
tempat dan hal lainnya, salah satu hal yang unik yang lain adalah menyiapkannya
sambil menyetel musik dangdut dengan sound system untuk hari esok, ini membuat
semuanya bekerja dengan senang walaupun dangdut itu bukan aliran musik yang di
gemari oleh setiap kalangan, setelah semuanya selesai kita semua berkumpul
untuk makan bersama dan berdoa agar acaranya berjalan lancar, jam pun
menunjukan pukul 12 malam, musik pun di hentikan dan kami semua pulang, hari
yang di nanti pun akhirnya tiba semua senang menyambut hari baik ini, acara di
mulai di pagi hari dan berikut adalah susunan kegiatan adatnya:
1.Penjemputan Calon Pengantin Pria
Dilakukan oleh utusan dari
pihak wanita.
2. Ngabageakeun
Ibu calon pengantin wanita
menyambut dengan mengalungkan bunga melati kepada
calon pengantin
pria. Kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
3. Akad Nikah
Petugas KUA, para saksi
dan pengantin pria telah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput
pengantin wanita dari kamar.
Kemudian didudukkan di
sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiungpanjang,
yang bermakna penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka ketika
kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
4. Sungkeman
Meminta ampun kepada kedua
orang tua.
5. Wejangan
Dilaksanakan oleh ayah
pengantin wanita atau keluarganya.
6. Saweran
Kedua pengantin didudukkan
di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun mengandung petuah utusan
orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi dengan payung yang besar
diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
7. Meuleum Harupat
Pengantin wanita
menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram
pengantin wanita dengan kendi air. Lalu harupat dipatahkan
oleh pengantin pria.
8. Nincak endog (Menginjak Telur)
Pengantin pria menginjak
telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air
bunga dan dilap oleh pengantin wanita.
9. Muka Panto (Buka Pintu)
Diawali mengetuk pintu
tiga kali. Lalu diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan
luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin
masuk menuju pelaminan.
Setelah semua rangkaian prosesi adat selesai tibalah saat
untuk resepsi, dan disini pun terdapat keunikan yaitu adalah waktunya yang
sangat lama dari siang hingga larut malam, saya tidak tahu apakah ini memang
adat sunda yang seperti ini, tetapi yang pasti ini sudah menjadi kebiasaan di
desa saya dan tidak dapat di hilangkan, saya pun sudah melihat kebiasaan pesta
hingga larut malam ini di daerah-daerah yang lain, resepsi di laksanakan hingga
larut dan mempelai pun berganti pakaian di beberapa kesempatan.
Acara akad dan resepsi pernikahan pun selesai, dan di sinilah
kepuasan batin yang kita semua rasakan, ketika sebuah acara di buat
bersama-sama maka akan menghasilkan sesuatu yang berarti, berbeda jika kita
hanya memanggil event organizer dan hanya terima beres saja, suatu kebersamaan
yang di bentuk ini membuat tali persaudaraan semakin erat dan tidak mudah di
lupakan, hidup pun lebih berwarna ketika membantu sesama dan hidup bersosial
dengan tetangga sekitar rumah kita, itulah kelebihan hidup di kawasan pedesaan,
yang masih belum tercemar oleh sikap hedonisme dan masih menjunjung tinggi
kekeluargaan.
Itu cerita singkat saya tentang apa yang saya rasakan
tentang budaya yang ada di sekitar kawasan pedesaan tempat saya dulu tinggal,
semoga bisa menginspirasi agar kita senantiasa sadar bahwa bersosial itu
penting, dan lebih mengasyikan.
Pelengkap: https://cara.pro/pernikahan-adat-sunda/
Komentar
Posting Komentar