Pandawa
Kisah Pandawa datang ke indonesia bersamaan dengan dibawanya ajaran agama
Hindu melalui jalur perdagangan dari India, lalu kemudian berkembang di pulau
Jawa dan semakin menyebar hingga seluruh Indonesia, cerita ini sendiri menyebar
dengan banyak cara, mulai dari tulisan hingga pewayangan, sampai era modern
sekarang kisah ini masih menarik untuk disimak.
Diceritakan ada dua bersaudara
putra seorang maharaja, yaitu Dritarastra dan Pandu. Dritarastra, si putra
sulung, terlahir buta. Karena cacat, menurut kepercayaan Hindu ia tidak bisa
dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya. Sebagai gantinya, Pandu si putra bungsu
dinobatkan menjadi raja. Dritarastra mempunyai 100 putra yang dikenal sebagai Kaurawa,
sedangkan Pandu mempunyai lima putra yangdikenal sebagai Pandawa. Kelima
Pandawa itu adalah Yudhistira, Bhima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa. Raja Pandu
meninggal dalam usia yang masih muda, ketika anak-anaknya belum dewasa. Oleh
sebab itu, meskipun buta, Dritarastra diangkat menjadi raja, mewakili putraputra
Pandu.
Dritarastra membesarkan anak-anaknya sendiri dan Pandawa, kemenakannya. Ia
dibantu Bhisma, paman tirinya. Ketika anak-anak itu sudah cukup besar, Bhisma menyerahkan
mereka semua kepada Mahaguru Drona untuk dididik dan diberi ajaran berbagai
ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan yang harus dikuasai putra-putra bangsawan
atau kesatria.
Setelah para kesatria itu selesai belajar dan menginjak usia dewasa,
Dritarastra menobatkan Yudhistira, Pandawa yang sulung, sebagai raja.
Kebijaksanaan dan kebajikan Yudhistira dalam memerintah kerajaan membuat
anakanak Dritarastra, terutama Duryodhana putra sulungnya, dengki dan iri hati.
Duryodhana bersahabat dengan Karna, anak sais kereta yang sebenarnya putra
sulung Kunti, ibu Pandawa, yang terlahir sebelum putri itu menjadi permaisuri Pandu.
Sejak semula Karna selalu memusuhi Arjuna. Permusuhan Karna dengan Pandawa
diperuncing karena persekutuannya dengan Sakuni. Kedengkian dan iri hati Kaurawa
terhadap Pandawa makin mendalam. Kaurawa menyusun rencana untuk membunuh
Pandawa dengan membakar mereka hidup-hidup ketika para sepupu mereka sedang
beristirahat dalam istana yang sengaja dibuat dari papan kayu. Pandawa berhasil
menyelamatkan diri dan lari ke hutan berkat pesan rahasia Widura kepada Yudhistira,
jauh sebelum peristiwa pembakaran terjadi.
Kehidupan yang berat selama mengembara di hutan membuat Pandawa menjadi
kesatria-kesatria yang tahan uji dan kuat menghadapi segala marabahaya dan
kepahitan hidup. Pada suatu hari, mereka mendengar tentang sayembara yang
diadakan oleh Raja Drupada dari Negeri Panchala untuk mencarikan suami bagi
Dewi Draupadi,putrinya yang terkenal cantik, bijaksana dan berbudi halus.
Sayembara itu diselenggarakan dengan megah dan meriah. Banyak sekali putra
mahkota dari berbagai negeri datang untuk mengadu nasib. Tak satu pun dari para
putra mahkota yang semuanya gagah perkasa itu berhasil memenangkan sayembara.
Tak satu pun kesatria yang mampu memanah sasaran berupa satu titik kecil di
dalam lubang sempit di pusat cakra yang terus-menerus diputar. Arjuna yang saat
itu menyamar sebagai brahmana maju ke tengah gelanggang. Semula sayembara itu
hanya boleh diikuti oleh golongan kesatria, tetapi karena tidak ada kesatria
yang mampu memenangkannya, Raja Drupada mempersilakan para pria dari golongan
lain untuk ikut.
Panah Arjuna tepat mengenai sasaran, ia memenangkan sayembara dan berhak
mempersunting Draupadi. Pandawa membawa Draupadi menghadap Dewi Kunti, ibu
mereka. Sesuai nasihat Dewi Kunti dan sumpah mereka untuk selalu berbagi adil
dalam segala hal, Pandawa menjadikan Dewi Draupadi sebagai istri mereka
bersama.
Munculnya Pandawa di muka umum membuat orang tahu bahwa mereka masih hidup.
Dritarastra memanggil mereka pulang dan membagi kerajaan menjadi dua, untuk Kaurawa
dan Pandawa. Kaurawa mendapat Hastinapura dan Pandawa mendapat Indraprastha. Di
bawah pemerintahan Yudhistira, Indraprastha menjadi negeri yang makmur sejahtera
dan selalu menegakkan keadilan.
Duryodhana iri melihat kemakmuran negeri yang diperintah Pandawa. Ia
menyusun rencana untuk merebut Indraprastha dengan mengundang Yudhistira
bermain dadu. Dalam tradisi kaum kesatria, undangan bermain judi tidak boleh
ditolak. Dengan licik Kaurawa membuat Yudhistira terpaksa bermain dadu melawan
Sakuni yang tak segan-segan bermain curang hingga Yudhistira tak pernah bisa
menang.
Yudhistira kalah dengan mempertaruhkan kekayaannya, istananya, kerajaannya,
saudara-saudaranya, bahkan dirinya sendiri. Setelah semua yang bisa
dipertaruhkannya habis, Yudhistira yang tak kuasa mengendalikan diri mempertaruhkan
Dewi Draupadi, istri Pandawa. Karena kalah berjudi, Yudhistira dan
saudara-saudaranya serta Dewi Draupadi diusir dari kerajaan. Mereka diharuskan hidup
mengembara di hutan selama 12 tahun, lalu pada tahun ketiga belas harus hidup
dalam penyamaran selama satu tahun.
Setelah 12 tahun hidup dalam pembuangan, Pandawa hidup menyamar di negeri
Raja Wirata. Yudhistira menyamar sebagai brahmana dengan nama Jaya atau Kanka, Bhima
sebagai juru masak dengan nama Jayanta atau Ballawa atau Walala, Arjuna sebagai
guru tari yang seperti wanita dengan nama Wijaya atau Brihanala, Nakula sebagai
tukang kuda dengan nama Jayasena atau Granthika atau Dharmagranthi, Sadewa
sebagai gembala sapi dengan nama Jayadbala atau Tantripala atau Aistanemi dan
Draupadi sebagai dayang-dayang permaisuri raja dengan nama Sairandhri.
Setelah tiga belas tahun mereka jalani dengan penuh penderitaan, Pandawa
memutuskan untuk meminta kembali kerajaan mereka. Perundingan dilakukan dengan Kaurawa
untuk mendapatkan kembali Indraprastha secara damai. Sayang, perundingan itu
gagal karena Duryodhana menolak semua syarat yang diajukan Yudhistira. Kemudian
kedua belah pihak berusaha mencari sekutu sebanyak- banyaknya. Raja Wirata dan
Krishna menjadi sekutu Pandawa, sedangkan Bhisma, Drona, dan Salya memihak Kaurawa.
Setelah semua usaha mencari jalan damai gagal, perang tidak bisa
dihindarkan. Dalam pertempuran di padang Kurukshetra, Arjuna sedih melihat
bagaimana sanaksaudaranya tewas di hadapannya. Arjuna ingin tidak berperang. Ia
ingin meletakkan senjata. Untuk membangkitkan semangat Arjuna dan mengingatkan
dia akan tugasnya sebagai kesatria, Krishna, sebagai pengemudi keretanya,
memberi nasihat mengenai tugas dan kewajiban seorang kesatria sesuai panggilan
dharma-nya. Percakapan antara Krishna dan Arjuna itu dimuat dalam Bhagavadgita.
Pertempuran dahsyat antara Pandawa dan Kaurawa
berlangsung
selama delapan belas hari. Darah para pahlawan
bangsa Bharata
membasahi bumi padang pertempuran. Bhisma, Drona, Salya, Duryodhana dan
pahlawanpahlawan besar lainnya, juga balatentara Kaurawa musnah di medan perang
itu. Aswatthama, anak Drona, membalas kematian ayahnya dengan masuk ke
perkemahan Pandawa di malam hari. Ia membunuh anak-anak Draupadi dan membakar
habis perkemahan Pandawa.
Pada akhirnya Pandawa memang menang,
tetapi mereka mewarisi janda-janda dan anak-anak yatim piatu karena seluruh
balatentara musnah. Aswatthama berusaha memusnahkan Pandawa dengan membunuh
bayi dalam kandungan istri Abhimanyu. Berkat kewaspadaan Krishna, bayi itu
dapat diselamatkan. Bayi itu lahir dan diberi nama Parikeshit.
Setelah perang berakhir, Yudhistira melangsungkan upacara aswamedha dan ia
dinobatkan menjadi raja. Dritarastra yang sudah tua tidak dapat melupakan
anakanaknya yang tewas di medan perang, terutama Duryodhana. Walaupun
Dritarastra tinggal bersama Yudhistira dan selalu dilayani dengan sangat baik,
namun pertentangan batinnya dengan Bhima tidak dapat dielakkan. Akhirnya
Dritarastra minta diri untuk pergi ke hutan dan bertapa bersama istrinya, Dewi
Gandhari. Sesuai janji mereka untuk selalu bersama, Kunti menemani Gandhari pergi
ke hutan. Dalam sebuah kebakaran hebat yang terjadi di hutan, mereka musnah
dimakan api.
Kedukaan yang mendalam atas kematian sanaksaudara mereka dalam perang
membuat hati Pandawa tidak bisa tenang. Akhirnya, setelah menyerahkan takhta kerajaan
kepada Parikeshit, cucu mereka, Pandawa meninggalkan ibukota dan pergi mendaki
Gunung Himalaya. Seekor anjing menyertai mereka. Dalam perjalanan ke puncak
Gunung Himalaya, satu per satu Pandawa gugur menyisakan Yudhistira dan seekor
anjingnya. Sesampainya di puncak, Yudhistira disambut oleh Batara Indra yang
menaiki kereta kencana mengajak Yudhistira untuk pergi ke Nirwana, tetapi
Yudhistira menolak jika harus meninggalkan anjingnya. Karena sikap mulia yang
ditunjukan oleh Yudhistira, anjing tersebut berubah menunjukan wujud aslinya
yang ternyata adalah Batara Dharma. Batara Dharma berkata bahwa Yudhistira
telah melewati ujian yang diberikan, atas alasan itu Yudhistira berhak berada
di Nirwana.
Sesampainya di Nirwana, Yudhistira terkejut ketika menemui Duryodhana
beserta sekutunya di Nirwana, dan tidak melihat saudara-saudaranya, Batara
Indra mengatakan kepada Yudhistira bahwa saudara-saudaranya berada di Neraka,
mendengar hal itu Yudhistira lebih memilih tinggal di Neraka bersama
saudara-saudaranya daripada tinggal di Nirwana. Ketika Yudhistira selesai
berbicara pemandangan pun langsung berubah dengan seketika, Yudhistira melihat
bahwa saudara-saudaranya telah berada di Nirwana. Batara Indra pun berkata
bahwa hal tersebut adalah salah satu ujian yang diberikan kepadanya, Yudhistira
pun diangkat ke Nirwana. Di Nirwana para Pandawa beserta istrinya terlepas dari
beban pikiran dan perasaan yang mengikat manusia dengan hal-hal duniawi.
Sumber: Nyoman S. Pendit. 2003. Mahabaratha. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Komentar
Posting Komentar